Pelajar di Desa Paling Gembira Diberi Akses Materi Belajar Digital
Banyuwangi - Kolaborasi antara Ruangguru, sebuah perusahaan penyedia konten digital pendidikan dan Pemkab Banyuwangi terbukti memberikan manfaat bagi pelajar, terutama di pedesaan.
Salah satunya adalah siswa kelas V SDN 2 Sukonatar, Diaz Retno. Siswa yang tinggal di desa yang jaraknya mencapai 30 km dari pusat kota Banyuwangi itu belajar melalui Ruangguru dengan menggunakan ponsel milik ibunya.
Ia mengaku sempat dimarahi oleh sang ibu karena sering menggunakan HP. "Dikira saya nge-game. Tapi setelah tahu ini untuk belajar, ibu ikut mendampingi. Setiap hari saya pinjam HP ibu untuk menambah materi yang didapat dari sekolah, juga untuk mengerjakan tugas sekolah," ujar Diaz kepada wartawan, Selasa (8/5/2018).
Diaz juga belajar menggunakan alat "on the go" berupa flashdisk Ruangguru. Diaz senang karena materinya lengkap dan disajikan dengan video animasi yang mudah dipahami. "Rasanya kayak nonton YouTube, jadi belajar tambah asyik," tambahnya.
Kemudahan ini juga dirasakan oleh orang tua Diaz, Munawaroh. "Program ini sangat membantu warga seperti saya. Sekarang tidak perlu keluar biaya les tambahan yang adanya di pusat kota," ujar Munawaroh.
Manfaat belajar di Ruangguru juga dirasakan Dini Aulia Apriliani, siswi kelas 8 SMPN 1 Srono yang mengakses aplikasi ini lewat social messenger LINE.
"Untuk mengulang pelajaran dari sekolah bisa lebih jelas. Kakak tutornya di LINE juga enak kalau nerangin. Saya jadi lebih mudah memahami," kata Dini.
Kolaborasi antara Pemkab Banyuwangi dengan Ruangguru dimulai dengan penandatanganan kerja sama yang dilakukan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan CEO Ruangguru Belva Syah Devara di Balai Desa Sukonatar, Kecamatan Srono.
Pada tahap awal, program ini dilaksanakan di 24 desa di 24 kecamatan dari 25 kecamatan yang ada di Banyuwangi. Satu kecamatan yang tidak termasuk adalah kecamatan kota dengan pertimbangan telah lebih maju dibanding lainnya.
"Kami ingin terus memperluas akses kolaborasi ini secara bertahap ke desa-desa lainnya. Ini wujud pemerataan pendidikan, karena selama ini kan yang mudah mendapatkan akses materi tambahan pelajaran mungkin terbatas hanya para pelajar di pusat kota," ujar Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono.
Ia menambahkan, kolaborasi ini juga menopang program "Smart Kampung" yang mendorong pemanfaatan teknologi informasi ke desa-desa, baik untuk pelayanan publik, ekonomi, maupun pendidikan warga.(dt.com)
Salah satunya adalah siswa kelas V SDN 2 Sukonatar, Diaz Retno. Siswa yang tinggal di desa yang jaraknya mencapai 30 km dari pusat kota Banyuwangi itu belajar melalui Ruangguru dengan menggunakan ponsel milik ibunya.
Ia mengaku sempat dimarahi oleh sang ibu karena sering menggunakan HP. "Dikira saya nge-game. Tapi setelah tahu ini untuk belajar, ibu ikut mendampingi. Setiap hari saya pinjam HP ibu untuk menambah materi yang didapat dari sekolah, juga untuk mengerjakan tugas sekolah," ujar Diaz kepada wartawan, Selasa (8/5/2018).
Diaz juga belajar menggunakan alat "on the go" berupa flashdisk Ruangguru. Diaz senang karena materinya lengkap dan disajikan dengan video animasi yang mudah dipahami. "Rasanya kayak nonton YouTube, jadi belajar tambah asyik," tambahnya.
Kemudahan ini juga dirasakan oleh orang tua Diaz, Munawaroh. "Program ini sangat membantu warga seperti saya. Sekarang tidak perlu keluar biaya les tambahan yang adanya di pusat kota," ujar Munawaroh.
Manfaat belajar di Ruangguru juga dirasakan Dini Aulia Apriliani, siswi kelas 8 SMPN 1 Srono yang mengakses aplikasi ini lewat social messenger LINE.
"Untuk mengulang pelajaran dari sekolah bisa lebih jelas. Kakak tutornya di LINE juga enak kalau nerangin. Saya jadi lebih mudah memahami," kata Dini.
Kolaborasi antara Pemkab Banyuwangi dengan Ruangguru dimulai dengan penandatanganan kerja sama yang dilakukan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan CEO Ruangguru Belva Syah Devara di Balai Desa Sukonatar, Kecamatan Srono.
Pada tahap awal, program ini dilaksanakan di 24 desa di 24 kecamatan dari 25 kecamatan yang ada di Banyuwangi. Satu kecamatan yang tidak termasuk adalah kecamatan kota dengan pertimbangan telah lebih maju dibanding lainnya.
"Kami ingin terus memperluas akses kolaborasi ini secara bertahap ke desa-desa lainnya. Ini wujud pemerataan pendidikan, karena selama ini kan yang mudah mendapatkan akses materi tambahan pelajaran mungkin terbatas hanya para pelajar di pusat kota," ujar Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono.
Ia menambahkan, kolaborasi ini juga menopang program "Smart Kampung" yang mendorong pemanfaatan teknologi informasi ke desa-desa, baik untuk pelayanan publik, ekonomi, maupun pendidikan warga.(dt.com)