Sekolah Gratis Terinspirasi dari Pengalaman Pahit Pengasuh Ponpes
Pasuruan - Yayasan Pondok Pesantren (YPP) Al-Ikhlas di Pasuruan membebaskan seluruh biaya pendidikan bagi ratusan santrinya. Ternyata inspirasinya muncul dari pengalaman masa kecil sang pengasuh ponpes.
"Sebenarnya pengalaman kami (saya) yang sangat susah mendapatkan pendidikan di masa muda yang melatarbelakangi (kebijakan pendidikan gratis)," terang pengasuh YPP Al-Ikhlas KH Zaini Ahmad saat ditemui detikcom, Selasa (7/8/2018).
Pria yang akrab disapa Gus Zaini ini mengisahkan berbagai kesulitan yang harus ditempuhnya di masa lalu hanya untuk bisa menuntut ilmu.
"Zaman saya untuk sekolah susahnya luar biasa. Saya dari keluarga biasa dengan ekonomi terbatas. Membayar uang sekolah bukan perkara mudah, harus tirakat dan berhemat," terangnya.
Meski demikian, Gus Zaini bersyukur tetap bisa sekolah. Ia pun terbiasa bekerja sebagai kuli bangunan untuk membiayai sekolahnya. Selain sekolah, ia juga menuntut ilmu agama di pondok pesantren.
"Saya pernah jadi kuli untuk bisa sekolah dan mondok. Yang saya syukuri saya berkesempatan menuntut ilmu agama di pesantren," lanjutnya.
Karena pengalamannya itu, Gus Zaini pun bertekad mendirikan yayasan pendidikan. Awalnya yayasan pendidikan itu dirintis untuk membantu pendidikan anak-anak di lingkunganya.
"Kami bersyukur niat itu dikabulkan Allah. Dan malah bisa memberikan pendidikan gratis. Saya berterima kasih juga pada para pengurus dan semua yang mendukung yayasan ini," ungkapnya.
Dari puluhan santri dan gedung yang sangat sederhana, YPP Al-Ikhlas pun terus berkembang. Saat ini sebanyak 500 murid menuntut ilmu di yayasan ini. Gedung-gedung sekolah mulai dari PAUD, TK, SD, SMP dan SMK juga sudah memadai.
"Santri dan murid kami dari desa ini dan sejumlah desa di Kecamatan Wonorejo. Ada juga dari luar Wonorejo," pungkasnya.(dn.com)
"Sebenarnya pengalaman kami (saya) yang sangat susah mendapatkan pendidikan di masa muda yang melatarbelakangi (kebijakan pendidikan gratis)," terang pengasuh YPP Al-Ikhlas KH Zaini Ahmad saat ditemui detikcom, Selasa (7/8/2018).
Pria yang akrab disapa Gus Zaini ini mengisahkan berbagai kesulitan yang harus ditempuhnya di masa lalu hanya untuk bisa menuntut ilmu.
"Zaman saya untuk sekolah susahnya luar biasa. Saya dari keluarga biasa dengan ekonomi terbatas. Membayar uang sekolah bukan perkara mudah, harus tirakat dan berhemat," terangnya.
Meski demikian, Gus Zaini bersyukur tetap bisa sekolah. Ia pun terbiasa bekerja sebagai kuli bangunan untuk membiayai sekolahnya. Selain sekolah, ia juga menuntut ilmu agama di pondok pesantren.
"Saya pernah jadi kuli untuk bisa sekolah dan mondok. Yang saya syukuri saya berkesempatan menuntut ilmu agama di pesantren," lanjutnya.
Karena pengalamannya itu, Gus Zaini pun bertekad mendirikan yayasan pendidikan. Awalnya yayasan pendidikan itu dirintis untuk membantu pendidikan anak-anak di lingkunganya.
"Kami bersyukur niat itu dikabulkan Allah. Dan malah bisa memberikan pendidikan gratis. Saya berterima kasih juga pada para pengurus dan semua yang mendukung yayasan ini," ungkapnya.
Dari puluhan santri dan gedung yang sangat sederhana, YPP Al-Ikhlas pun terus berkembang. Saat ini sebanyak 500 murid menuntut ilmu di yayasan ini. Gedung-gedung sekolah mulai dari PAUD, TK, SD, SMP dan SMK juga sudah memadai.
"Santri dan murid kami dari desa ini dan sejumlah desa di Kecamatan Wonorejo. Ada juga dari luar Wonorejo," pungkasnya.(dn.com)